Tuesday, October 27, 2009

Faktor-Faktor yang Mengurangi Keimanan

Faktor-Faktor yang Mengurangi Keimanan


Penulis: Ustadz Muhammad bin Umar As-Sewed

1. Berkurangnya iman dengan meninggalkan sifat-sifat kesempurnaanya

Disamping dalil-dalil yang menunjukkan bertambahnya keimanan adapula dalil-dalil yang menunjukkan bahwa keimanan sempurna sangat berat sehingga banyak pula dalil-dalil yang menafikan keimanan yang sempurna dari seseorang yang berbuat kemaksiatan-kemaksiatan. Allah -Subhanallahu wa Ta’ala- :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal” (Al-Anfaal:2)

Dan firman-Nya:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar” (Al-Hujuraat:15)

Kalimat “inna maa” merupakan “harfu hashrin” yang mengurung sesuatu pada sesuatu. Sehingga makna ayat di atas adalah; hanya saja yang dikatakan mukmin adalah orang yang berjihad dengan harta dan nyawanya, lain tidak. Atau yang disebut mukmin adalah orang-orang yang apabila disebut nama Allah bergetar hatinya, yang tidak demikian tidak dikatakan orang mukmin. Oleh karena itu sebagian manusia mengira dengan kaku bahwa yang tidak memiliki sifat-sifat yang tersebut di atas adalah kafir. Padahal para ulama ahli tafsir memahami bahwa yang dikurung dengan sifat-sifat tersebut adalah mukmin yang sempurna imannya, maka makna ayat diatas adalah: “Sesungguhnya seorang mukmin yang sempurna adalah….”. atau “Hanya saja mukmin hakiki adalah….:. dengan demikian orang yang tidak memiliki sifat-sifat diatas belum tentu kafir, yang pasti bukan mukmin yang sempurna imannya.

Maka jika tidak seperti yang Allah gambarkan di dalam ayat-ayat di atas ada dua kemungkinan; bisa jadi tidak memiliki keimanan alias kafir (munafiq) atau kemungkinan yang kedua, ia adalah seorang yang memiliki iman yang lemah dan tidak sempurna alias belum mencapai gambaran yang Allah sebutkan dalam ayat-ayat di atas.

Dalam ayat lainnya Allah sifatkan pula orang-orang beriman dengan rinci yaitu di awal surat Al-Mu’minuun:

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya”. (Al-Mu’minuun 1-11)

Dalam ayat di atas juga menggambarkan orang yang beriman dengan sebenar-benar keimanan, sehingga orang yang tidak khusyu shalatnya bukan berarti tidak mukmin namun tidak sempurna keimanannya. Demikian pula yang belum meninggalkan perbuatan-perbuatan laghwun, yaitu perbuatan sia-sia bukan berarti kafir, namun orang yang belum sempurna keimananya dan begitulah seterusnya. Hingga apabila mereka meninggalkan dasar-dasar keimanannya seperti membatalkan syahadat dengan syirik besar, atau membatalkan syahadat kedua dengan beriman ke[ada nabi-nabi palsu atau ingkar kepada rukun-rukun iman maka ia kafir dan hilang imannya sama sekali.

Dengan keterangan tersebut berarti kita mengenali ada dua model keimanan, yaitu; keimanan yang sempurna dan keimanan yang lemah. Sedangkan kelemahan itu relatif; ada yang dekat pada kesempurnaan, ada pula yang di bawahnya dan di bawahnya, ada pula yang sangat lemah mendekati kekufuran. Jika kita lihat ayat-ayat di atas dan kita tanyakan mana yang lebih lemah, apakah seseorang yang tidak khusyu dalam shalatnya atau yang tidak khusyu dan tidak meninggalkan perbuatan sia-sia atau seseorang yang disamping tidak khusyu, tidak meninggalkan perbuatan sia-sia juga dia jatuh ke dalam zina dan tidak menjaga kemaluannya dari yang haram. Tentunya secara fiqih, mereka yang meninggalkan sifat-sifat kesempurnaan iman berarti dia lebih jauh dari kesempurnaan dan lebih lemah imannya. Inilah yang kita namakan berkurangnya keimanan. Para ulama menyebutkan bahwa keimanan akan berkurang dengan kemaksiatan-kemaksiatan, semakin banyak kemaksiatan yang dilakukan, maka akan semakin berkurang keimanannya.

Berkata Imam Abu Utsman Ash-Shaabuni -rahimahullah- : “Di antara madzhab Ahlul-Hadits adalah bahwa iman merupakan ucapan, amalan, dan pengenalan (terhadap Allah), bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan”. (Aqidatus-Salaf wa Ashabul-Hadits, hlm:264)

Imam Ahmad -rahimahullah- pernah ditanya tentang makna bertambah dan berkurangnya iman? Kemudian beliau menjawab dengan menukilkan ucapan dengan sanadnya sampai kepada ‘Umair bin Hubaib -rahimahullah-, dia berkata: “Iman bertambah dan berkurang”. Maka dia ditanya, “Bagaimana bertambah dan berkurangnya?” Dia menjawab: “Jika kita ingat Allah, memuji-Nya, bertasbih kepada-Nya, maka demikianlah bertambahnya. Dan jika kita lalai, melupakan-Nya, menyia-nyiakan-Nya maka itulah berkurangnya”. (Aqidatus-Salaf wa Ashabul-Hadits, hlm:265-266)

Demikian pula kita katakan hadits-hadits yang menafikan keimanan dari orang yang belum mengerjakan sifat-sifat kesempurnaan iman, seperti ucapan Rasulullah -salallahu’alaihi wa sallam- : “Tidak beriman salah seorang kalian hingga engkau menyukai untuk saudaramu apa-apa yang engkau sukai dari dirimu”. (Muttafaq ‘alaih)

Dalam hadits ini Rasulullah -shalallahu’alaihi wa sallam- memberikan syarat yang sangat berat yaitu menyukai untuk saudaranya apa yang disukai oleh dirinya, namun apakah bermakna orang yang egois yang mementingkan diri sendiri adalah kafir? Tentu tidak.

Dan sabda Rasulullah -shalallahu’alaihi wa sallam- lainnya:

“Tidak beriman seseorang di antara kalian hingga menjadikan aku lebih dicintai daripada anaknya, orangtuanya atau seluruh manusia lainnya”. (Muttafaq’alaih)

Para ulama memahami ucapan Rasulullah -shalallahu’alaihi wa sallam- “tidak beriman” adalah tidak beriman dengan keimanan yang sempurna.

2. Berkurangnya iman dengan mengerjakan dosa-dosa

Dan ucapan-ucapan Rasulullah -shalallahu’alaihi wa sallam- lainnya yang meniadakan keimanan bagi orang yang melakukan dosa-dosa tertentu:

Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman!” Seseorang bertanya, “Siapakah yang tidak beriman wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Yaitu seseorang yang tetangganya merasa tidak aman karena gangguannya.” (Muttafaq’alaih)

Tentunya bukan bermakna kafir tetapi memiliki keimanan yang sempurna atau menurunnya keimanannya, yang demikian karena sudah disebutkan secara jelas di dalam Al-Quran pembatal-pembatal keimanan diantaranya kesyirikan yang besar. Dan juga telah dijelaskan bahwa dosa-dosa selain syirik masih ada kemungkinan diampuni. Allah -Subhanallahu wa Ta’ala- berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An-Nisa:48)

3. Berkurangnya iman dengan meninggalkan cabang-cabang keimanan

Dalam riwayat yang lainnya Rasulullah -shalallahu’alaihi wa sallam- bersabda:

“Iman itu memiliki 70 lebih atau 60 lebih cabang, yang paling tinggi adalah Laa Ilaaha Illallah, yang paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan malu adalah bagian dari iman”. (Muttafaq’alaih)

Maka di dalam hadits diatas Rasulullah -shalallahu’alaihi wa sallam- menyebutkan bahwa iman memiliki sekian cabang, yang paling tingginya adalah ucapan laa ilaaha illallah yang paling rendahnya adalah menghilangkan gangguan dari jalan, di samping menunjukkan bahwa perbuatan yang baik (amal shalih) termasuk dalam keimanan juga menunjukkan bahwa jika berkurang cabang tersebut maka berkurang keimanannya, sampai hilang sama sekali keimanannya. Hingga jika hilang cabang yang utama yaitu laa ilaaha illallah maka hilanglah keimanannya secara keseluruhan.

Sufyan bin ‘Uyainah -rahimahullah- berkata: “Iman mencakup ucapan dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang”. Kemudian saudaranya yaitu Ibrahim bin ‘Uyainah bertanya kepadanya: “(Apakah juga) berkurang?” Maka dia menjawab: “Diamlah kamu wahai anak kecil! Tentu saja bisa berkurang, sampai-sampai tidak bersisa sama sekali”. (Aqidatus-Salaf wa Ashabul-Hadits, hlm:270-271)

Risalah Dakwah Manhaj Salaf Edisi 17/TH.IV 11 Rabi’uts-Tsani 1429H/18 April 2008 M

Pesanan Ulama'-Berpegang teguh kepada Al-qur'an dan As-sunnah

Mari kita lihat pesan-pesan ulama’ mazhab iaitu al-imam Syafi’e, abu hanifah, malik bin anas, ahmad bin hanbal.

Pesan-pesan al-Syafi’e kepada pengikutnya


“setiap orang harus bermazhab kepada Rasulullah saw dan mengikutinya. Apa pun pendapat yang aku katakan atau sesuatu yang aku katakan berasal dari rasulullah saw tetapi ternyata berlawanan dengan pendapatku, apa yang disabdakan oleh rasullullah itulah yang menjadi pendapatku”-(rujuk: riwayat hakim dengan sanad yg bersambung kpd imam syafi’e seperti yg disebut dalam kitab tarikh damsyiq, karya ibnu ‘asakir-dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 57)


“seluruh kaum muslim telah sepakat bahawa orang yang secara jelas telah mengetahui suatu hadith dari rasulullah tidak halal meninggalkannya dan mengikuti pendapat seseorang”(rujuk: ibnul qayyim (II/361), al-filani hal 68- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 58)


“bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan hadith rasulullah, peganglah hadith rasulullah itu dan tinggalkanlah pendapatku itu”(rujuk: harawi dalam kitab dzamm al-kallam(III/47/1)- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 58)


“bila suatu hadith itu shahih, itulah mazhabku”(rujuk: al-nawawi dalam majmu’- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 58)
“Bila suatu masalah ada hadithnya yang sah dari rasulullah saw menurut kalangan ahli hadith tetapi pendapatku menyalahinya, pasti aku akan mencabutnya, baik selama aku hidup maupun setelah mati”(rujuk: abu nu’aim dalam al-hilyah(IX/107)- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 59)


Pesan-pesan Abu Hanifah


““jika suatu hadith itu shahih, itulah mazhabku”(rujuk: ibn abidin dalam al-hasyiyah(I/63)- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 53)


“tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu dari mana kami mengambil sumbernya”(rujuk: ibn abdil bar dalam kitab al-intiqa fi fadhail ats-tsalasah al-aimmah al-fuqaha’ hlm 145- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 53)


“kalau saya mengemukakan suatu pendapat yang bertentangan dengan al-quran dan hadith nabi saw, tinggalkanlah pendapatku itu”(rujuk: al-filani dalam kitab al-qazh hlm 50- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 55)


Pesan-pesan Al-Imam Malik bin Anas


“saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah, terkadang betul. Oleh kerana itu telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan al-quran dan sunnah, ambillah, dan bila tidak sesuai dengan al-quran dan sunnah tinggalkanlah”(rujuk: ibnu abdil bar dan dari ibn hazm dalam kitab ushul al-ahkam(VI/145)- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 56)


“siapa pun perkataannya boleh diterima atau ditolak kecuali hanya nabi sendiri”(rujuk: dikalangan ulama’ mutaakhir hal ini dipopularkan dinisbatkan kpd imam malik dan dishahihkan oleh ibnu abdul hadi dlm ktab irsyad as-salik(I/227)- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 56)


“ibnu wahhab berkata: saya pernah mendengar imam malik menjwab pertanyaan orang tentang menyela-nyela jari-jari kaki dalam wuduk maka jawabnya: hal itu bukan urusan manusia. Ibnu wahhab berkata :lalu saya tinggalkan beliau sampai orang-orang yang mengelilinginya sedikit, kemudian saya berkata kepadanya: kita mempunyai hadith dalam hal itu. Dia(imam malik) bertanya bagaimana hadith itu? Saya(ibnu wahhab) menjawab: laits bin sa’ad, ibnu lahiah, amr bin harith, meriwayatkan kepada kami dari yazid bin amr al-mu’afiri, dari abi abdurrahman al-habali, dari mustaurid bin syaddad al-qurasyyiyi ujarnya:saya melihat rasulullah menggosokkan jari manisnya pada celah-celah jari-jari kakinya. Imam malik menyahut : hadith ini hasan, saya tidak mendengar ini sama sekali kecuali kali. Kemudian dilain waktu saya dengar dia ditanya orang hal itu lalu dia menyuruh orang itu menyela-nyela jari-jari kakinya”(rujuk: muqaddimah jarh wa ta’dil, karya ibnu abi hatim- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 57)


Lihat imam malik bila dinyatakan hadith yang shahih dan bertentangan qaulnya maka dia membetulkan qaulnya tanpa merasa malu dan itulah sifat jujur para imam salaf.


Pesan-pesan Imam Ahmad ibn Hanbal.


“janganlah engkau bertaqlid kepadaku atau imam malik,syafi’e,auzai’i dan tsauri, tetapi ambillah dari mana sumber mereka ambil”(rujuk: al-filani hlm 113 dan ibnu qoyyim dalam al-i’lam(II/302)- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 60)


“pendapat Auza’i, malik, dan abu hanifah adalah ra’yu(fikiran). Bagi saya semua ra’yu sama saja, tetapi yang menjadi hujjah agama ialah yang ada pada atsar(hadith)”(ibnu abdil bar dlm al-jami’(II/302)- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 60)


“barangsiapa yang menolak hadith rasulullah dia berada di jurang kehancuran”(ibnu jauzi- dinukil dari muhammad nashiruddin al-albani, sifat solat nabi, terjemahan media hidayah, ms 60)


Lihatlah qaul-qaul imam-imam sanjungan kita supaya sentiasa berpegang teguh al-quran dan sunnah shahihah dan meninggalkan qaul mereka jika bertentangan dengan al-quran dan sunnah. Kita sayang dengan kesemua imam-imam kita tetapi al-haq(kebenaran) lebih kita sayang.

Friday, October 23, 2009

Musibah: HandPhoneku Dibasuh Oleh Mesin Basuh.

Assalam.

kawan-kawanku yg mulia, HP saya telah dibasuh mesin basuh maka saya kehilangan no HP kawan-kawan semua maka bila baca mesej saya ni tlg la msj saya di YM (ar_risalah87@yahoo.com)atau di no sy 0135014280

Tuesday, October 20, 2009

Kisah Berbakti Kepada Ibu Bapa

Lapang benar dada Pak Uwei bila pegawai yang bertugas di kaunter pejabat
Tabung Haji itu memberitahu nama dia dan isterinya turut tersenarai dalam
senarai jemaah yang akan menunaikan fardhu haji pada tahun ini.

"Tapi pak cik kena bayar segera bahagian makcik yang masih tak cukup tiga
ribu lagi tu. Selewat-lewatnya minggu depan bayaran mesti dibuat,"beritahu
pegawai itu lagi.

"Insya Allah encik. Saya akan bayar seberapa segera," janji Pak Uwei.
Berita gembira itu ingin segera dikongsi bersama isteri kesayangannya.

Sebaik keluar dari pejabat Tabung Haji dia terus balik ke rumah.

"Pah... oo..Pah!" teriak Pak Uwei sebaik turun dari keretanya.

"Apa bendanya terlolong-lolong ni bang?" tanya Mak Pah.

"Ada berita baik ni Pah, nampaknya hajat kita nak ke Mekah tahun ini akan
tertunai. Insya Allah dua bulan lagi kita akan ke sana.Tak sabar betul
saya, rasa macam Kaabah tu dah melambai-lambai, " cerita Pak Uwei dengan
wajah berseri-seri.

"Betul ke ni bang? Baru semalam si Johari beritahu dia dengan Minah tak
dapat pergi. Namanya tidak ada dalam senarai."

"Betullah Pah oii... saya ni baru je balik dari pejabat Tabung Haji.
Cuma duit bahagian awak tu, tiga ribu lagi kena bayar segera selewat-
lewatnya minggu depan."

"Mana kita nak cari duit banyak tu bang? Tiga ribu tu bukan sikit, itu pun
lepas duit tambang. Duit kocek mau juga sekurang-kurangnya dalam seribu."
Mak Pah merenung gusar wajah suaminya.

"Alah Pah, kita mintalah tolong dengan Muaz dan Balkis. Takkanlah mereka
tak nak beri. Bukannya banyak, cuma dua ribu seorang saja."
Wajah Pak Uwei semakin berseri-seri. Dia yakin anak- anaknya yang dua orang
itu tidak akan menghampakan harapannya.

"Lusa hari minggu, saya nak suruh budak-budak tu balik boleh kita
berunding," cadang Pak Uwei.

"Kalau tak cukup bahagian saya tu, awak ajelah yang pergi dulu. Tak elok
kita menyusahkan anak-anak bang, lagipun apa pula kata menantu kita nanti
nak ke Mekah minta duit anak-anak." Mak Pah tidak bersetuju dengan
rancangan Pak Uwei.

"Pah... Muaz dan Balkis tu kan anak-anak kita. Kita dah besarkan mereka,
hantar belajar tinggi-tinggi takkan nak hulur dua ribu pun tak boleh
lagipun selama ni kita tak pernah minta duit mereka. Tak usahlah awak
bimbang Pah, saya yakin anak-anak kita tu tak akan menghampakan kita kali
ni." Yakin benar Pak Uwei, harapan yang menggunung digantungkan kepada
anaknya.

"Tapi bang?... "

"Dahlah... pegi siapkan kerja awak tu, tak usah nak risau tak tentu hala.
Saya nak telefon budak-budak tu," pintas Pak Uwei sebelum Mak Pah
melahirkan kebimbangannya. Lega hati Pak Uwei bila Muaz menyatakan yang dia
akan pulang kemudian Pak Uwei menelefon Balkis pula di pejabatnya. Dia
hanya menyuruh mereka balik tanpa memberitahu hajatnya.

"Insya Allah Kis balik nanti abah. Emm... abah nak Kis suruh Intan balik
sama?" tanya Balkis.

"Ikut suka kaulah, bagi abah yang pentingnya kau dan Muaz. Intan tu ada ke
tidak ke, sama aje. Balik ya?... ," balas Pak Uwei.

Bukannya dia membeza-bezakan anak-anak tapi hati tuanya cepat benar panas
bila berhadapan dengan Intan. Sikap degil dan tak mahu mendengar kata
anaknya itu menyebabkan dia tersangat geram. Sudahlah malas belajar tidak
seperti Muaz dan Balkis yang berjaya memiliki ijazah. Kalau ditegur
sepatah, sepuluh patah tidak menjawab tidak sah. Masih Pak Uwei ingat
gara-gara sikap keras kepala Intan untuk bekerja kilang mereka bertengkar
besar tiga tahun lalu. Kini hubungan mereka seperti orang asing.

"Abah tak setuju kau nak kerja kilang kat KL tu. Abah mahu kau sambung
belajar lagi." Pak Uwei tidak bersetuju dengan niat Intan yang hendak
bekerja kilang.

"Intan dah tak minat nak belajar lagi abah, biarlah Intan kerja kilang.
Kerja kilang pun bukannya haram." bantah Intan menaikkan darah Pak Uwei.

"Aku suruh kau belajar kau tak nak, kau nak kerja kilang. Kau tak tengok
berapa ramai anak gadis yang rosak akhlak kerja kilang duk kat KL jauh dari
mak bapak, bolehlah buat apa yang kau sukakan. Kau nak bebas macam tu?"

"Itulah abah, selalu nampak yang buruk aje. Bukan semua yang kerja kilang
duk kat KL tu jahat abah. Kerja apa dan kat mana pun sama aje, pokok
pangkalnya, hati. Kalau nak buat jahat dalam rumah pun boleh, abah." Intan
cuba membuat abahnya faham.

"Kenapalah kau seorang ni lain benar dari abang dan kakak kau. Cuba kau
tengok Balkis tu, tak pernah dia membantah cakap abah macam kau ni!"

"Intan memang tak sama dengan Kak Balkis abah, Intan suka berterus terang,
kalau tak kena Intan cakap depan-depan bukan membebel kat belakang," balas
Intan selamba menyemarakkan lagi bara dalam dada abahnya.

"Anak tak mendengar kata!!, ikut suka kaulah. Kalau kau nak pergi, pergi...
aku dah tak larat nak larang. Nak terlentang ke?, telangkup ke?, gasak
kaulah. Kau buat apa yang kau suka, aku tak nak ambil tahu lagi!!"

Sejak kejadian itu, Pak Uwei memang tidak memperdulikan langsung apa yang
Intan nak buat. Namun begitu Intan tetap pulang setiap kali cuti, dia
bersikap selamba biarpun abahnya tidak memperdulikannya.
Intan selalu menghulur duit tapi hanya kepada maknya sahaja.

Riang hati Pak Uwei bukan kepalang bila anak-anaknya pulang, tambahan pula
dia sudah rindu dengan cucu-cucunya. Malam itu selesai menikmati makan
malam dan berjemaah sembahyang Isya`, mereka duduk berborak di ruang tamu.

"Sebenarnya ayah suruh kau orang balik ni, ada hajat sikit," Pak Uwei
memulakan bicara.

"Hajat apa pula abah?" tanya Muaz yang duduk di sebelahnya.

"Abah dan mak kau nak ke Mekah, nama dah ada dalam senarai.
Memandangkan bahagian mak kau masih belum cukup lagi abah nak minta kau dan
Balkis bantu sikit. Tak banyak, dua ribu seorang cukuplah,"
Pak Uwei mengutarakan hasratnya.

"Boleh tu boleh abah, tapi kena tunggu sebulan dua lagi. Az baru aje
keluarkan wang simpanan buat duit muka beli rumah. Sebulan dua lagi
bolehlah Az ikhtiarkan," ujar Muaz.

"Tapi... pegawai Tabung Haji tu minta bayaran dibuat segera selewat-
lewatnya minggu depan."

"Kalau dalam seminggu dua ni abah, memang rasanya tak dapat. Paling tidak
pun cukup bulan ni. Nak cukupkan duit muka tu pun habis duit simpanan
budak-budak ni Az keluarkan," jawab Muaz serba salah.

"Kau beli rumah lagi?., Rumah yang ada tu kau nak buat apa?" tanya PakUwei
melindungi kekecewaannya.

"Rumah baru tu besar sikit, abah. Selesalah buat kami sebab budak- budak tu
pun dah besar, masing-masing nak bilik sendiri. Lagipun beli rumah tak rugi
abah, pelaburan masa depan juga," sampuk Mira isteri Muaz.

Pak Uwei terdiam, harapannya kini cuma pada Balkis. "Kamu macam mana Kis,
boleh tolong abah? Nanti abah bayarlah balik duit kamu tu bila ada rezeki
durian berbuah kat dusun kita tu nanti," Pak Uwei berpaling pada Balkis.

"Kis pun rasanya tak dapat nak tolong abah. Kis baru aje keluarkan duit
simpanan buat menambah modal perniagaan abang Man. Tengah gawat ni faham
ajelah... ni tak lama lagi nak bersalin nak pakai duit lagi."

Hancur berderai rasa hati Pak Uwei mendengar jawapan Balkis.

"Man bukan tak nak tolong abah. Kalau nak pinjam duit kad kredit boleh.
Tapi yelah, kata orang kalau nak ke Mekah ni tak elok pakai duit pinjaman."

"Betul kata Man tu abah. Kalau nak ke Mekah mesti dengan kemampuan sendiri
baru elok," sokong Muaz. Kata-kata Azman dan Muaz bagaikan sembilu yang
menikam dada Pak Uwei. Bila dia bertemu pandang dengan Intan, Pak Uwei
terasa bagai ditertawakan oleh Intan bila kedua anak yang diharap-harapkan
menghampakannya.

"Tak apalah kalau kau orang tak ada duit. Biarlah abah kau pergi seorang
dulu, nanti kalau ada rezeki mak pula pergi," Mak Pah bersuara cuba
meredakan keadaan.

"Kalau nak pergi sendiri, dah lama saya pergi Pah!. Tak payah saya tunggu
lama-lama. Kalau awak tak pergi biarlah kita sama-sama tak pergi... dah tak
ada rezeki kita nak buat macam mana?" Pak Uwei bangun masuk ke bilik
meninggalkan anak-anaknya dengan rasa kesal.
Intan tahu abahnya benar-benar kecewa. Walaupun orang tua itu tidak
menunjukkan rasa kecewanya tapi Intan faham kecewa abahnya teramat sangat
kerana tidak menduga anak-anak yang selama ini disanjung akan
mengecewakannya begitu.

"Anak awak tu tak balik ke?" tanya Pak Uwei pada Mak Pah bila Intan tidak
turut serta balik bersama abang dan kakaknya.

"Tak, katanya cuti sampai hari Rabu nanti," balas Mak Pah sambil mencapai
kain selendangnya.

"Nak ke mana pulak tu?" tanya Pak Uwei melihat MakPah bersiap-siap.

"Nak ke kedai Long Semah tu nak belikan anak saya Intan, kuih lepat ubi
kegemarannya. " Sengaja Mak Pah menekan suara bila menyebut anaknya. Bukan
sekali dua dia menegur sikap Pak Uwei yang gemar membeza-bezakan anak.

Pagi Isnin tu selepas bersarapan Intan bersiap-siap hendak keluar.

"Nak ke mana Intan pagi-pagi lagi dah bersiap ni?"

"Intan ada hal sikit kat bandar mak. Intan pergi dulu ye."

"Kalau nak ke bandar suruhlah abah kau tu hantarkan," suruh Mak Pah.

"Tak payahlah mak, Intan nak pergi banyak tempat ni. Nanti bising pula abah
tu. Intan pergi dulu."sambil mencium tangan Mak Pah yang menggeleng kepala
memerhatikan Intan berlalu pergi.

Kadangkala sedih hatinya melihat sikap suaminya yang keras hati, membuat
anaknya itu menyisihkan diri.

Ketika Intan pulang dari bandar tengah hari itu mak dan abahnya sedang
menikmati juadah tengah hari.

"Kau ni Tan buat benda apa lama benar kat bandar tu? Mari makan sama.
Ni abah kau ada beli ikan baung salai, mak masak lemak cili api."

"Ingat lagi abah lauk kegemaran Intan rupanya," usik Intan tak bertangguh
mencapai pinggan.

"Mak bapak memang tak pernah lupakan anak-anak, cuma anak-anak aje yang
lupakan mak bapak," jawab Pak Uwei sinis. Intan tersenyum pahit.
Selesai mengemas pinggan mangkuk, Intan menunaikan solat Zohor kemudian dia
mendapatkan mak dan abahnya yang sedang duduk di ruang tamu. Abahnya sedang
membaca suratkhabar. Mak Pah pula melipat kain.

"Mak, abah... Intan ada hal sikit nak cakap ni... ," ujar Intan menghampiri
mereka. Pak Uwei menurunkan suratkhabar yang dipegangnya kemudian
menanggalkan cermin mata yang digunakan untuk membaca.

"Apa hal... kamu nak kahwin ke?" soal Pak Uwei merenung Intan. Tawa Intan
meledak tiba-tiba mendengar soalan abahnya.

Melihat Intan tergelak besar Pak Uwei turut tertawa. Mak Pah pun tergelak
sama, riang rasa hatinya melihat kemesraan yang hilang dulu mula menyatu.
"Abah ni... ke situ pulak...."

"Habis tu?"

"Ini... Buku Tabung Haji mak. Tadi Intan ambil dalam laci tu. Yang ni,
resit memasukkan duit ke akaun mak. Semuanya Intan dah uruskan.
Dan ini dua ribu untuk buat duit kocek mak dan abah. Yang dua ratus lagi ni
untuk buat kenduri doa selamat sebelum berangkat nanti."Intan memasukkan
duit itu dalam genggaman Pak Uwei.

"Apa??" Pak Uwei terkejut matanya merenung Intan dan duit di tangannya
bagai tidak percaya.

"Ini duit simpanan Intan sejak mula bekerja dulu. Duit hasil titik peluh
Intan yang halal abah, terimalah. Selama ini Intan banyak kali kecewakan
abah. Intan tak pernah dapat membahagiakan hati abah.
Selama ini pun Intan selalu sangat rasa kalah pada abang Az dan Kak Balkis.
Intan tak cantik dan baik macam Kak Balkis, apatah lagi bijak seperti
mereka. Intan tahu abah selalu kecewa dengan Intan. Hanya kali ini Intan
dapat tunaikan hasrat abah. Dah banyak kali abah tangguhkan hasrat nak naik
haji. Dulu kerana Kak Balkis nak kahwin, lepas tu mak pula tak sihat.
Sekarang ni masa yang sesuai. Intan harap, abah sudi terima pemberian yang
tak seberapa ini dari Intan,"
tutur Intan perlahan memerhatikan airmata menuruni pipi abahnya yang sudah
berkedut dimamah usia.

"Terima kasih Intan. Malu rasanya abah nak ambil duit kamu... dulu abah
selalu bangga dengan Balkis dan Muaz yang memegang jawatan tinggi tapi
akhirnya anak abah yang kerja kilang yang membantu abah,"
luah Pak Uwei sambil mengesat airmata terharu atas keluhuran hati anak yang
selama ini dimusuhinya.

"Sudahlah abah. Yang lepas itu tak usahlah kita ungkit-ungkit lagi.
Intan gembira abah sudi terima pemberian Intan."

"Pemberian kau ni terlalu bernilai bagi abah dan mak kau Intan... ,"ujar
Pak Uwei. Intan peluk abahnya erat.

"Hah... tulah, jangan suka memperkecil- kecilkan anak saya ni," Mak Pah
mengusik Pak Uwei sambil mengesat airmata penuh kesyukuran.

"Mak ni... ," gelak Intan memandang abahnya yang tersengih.

Masa yang ditunggu-tunggu tiba dalam keriuhan sanak saudara yang datang
menziarahi Pak Uwei dan Mak Pah. Intan memerhati dengan perasaan gembira
bercampur hiba.

"Semua dah siap ke mak?" tanya Intan menjenguk ke bilik emaknya
memerhatikan Mak Pah mengisi barang keperluan semasa di Mekah.

"Dah rasanya... ada apa-apa yang Intan nak pesan mak belikan di sana
nanti?"

"Tak ada mak. Mak janganlah fikir soal apa yang nak dibeli mak. Yang
penting mak dapat menunaikan ibadah dengan sempurna."

"Hah, awak dengar tu... kita ni nak pergi menunaikan ibadah, bukan nak
membeli-belah, " tambah Pak Uwei yang turut mendengar perbualan dua-beranak
itu.

"Intan tak nak mak dan abah belikan satu apa pun dari sana. Hanya satu yang
Intan mahu, doakan Intan bahagia di dunia dan akhirat,"
pesan Intan sambil memeluk emaknya. Mak Pah dan Pak Uwei berpandangan.
Tiba-tiba sebak dengan permintaan Intan itu.

............ ......... ......... .......

Hanya dua jam lagi kapal terbang akan mendarat di tanah air. Pak Uwei
mengerling Mak Pah yang lena di sebelahnya. Dalam keriangan telah
menunaikan ibadah haji tanpa sebarang kesulitan, terselit rasa tidak sedap
di hati. Perasaan rindu pada anak-anak terutama Intan bagai menyentap
tangkai hatinya. Pak Uwei terkenangkan mimpinya bertemu Intan di tanah
suci. Intan tidak berkata sepatah pun tapi bagai memberitahu yang dia akan
pergi jauh.

"Kenapa resah aje ni, bang?" Mak Pah terjaga.

"Entahlah Pah, saya teringat sangat dengan Intan dan anak-anak kita."

"Sabarlah, dah nak sampai dah ni," pujuk Mak Pah.

Dari jauh lagi Pak Uwei sudah melihat Muaz dan Azman menanti mereka.

"Mak... abah... ," Muaz meraih emaknya dalam pelukan dan kemudian abahnya
tanpa dapat menahan airmata menitis laju.

"Mana yang lain ni, kamu berdua aje?" Pak Uwei tertinjau-tinjau mencari
wajah Intan.

"Mereka menanti di rumah, abah," beritahu Azman suami Balkis sambil mencium
tangan Pak Uwei. "Intan pun tak datang juga ke?" Tanya Pak Uwei terasa
hampa.

"Awak ni... kan Man dah kata mereka menunggu di rumah." Mak Pah menggeleng,
dua tiga hari ini nama Intan tak terlepas dari mulut suaminya. Perjalanan
tiga jam dari KLIA untuk sampai ke rumah terasa begitu lama oleh Pak Uwei.
Mak Pah yang melihat kegelisahan suaminya turut berasa bagai ada yang tak
kena.

"Dua tiga malam sebelum balik, abah kau mengigau terjerit-jerit dia panggil
nama Intan. Kalau Intan dengar cerita ni tentu dia gelihati."
cerita Mak Pah pada Muaz dan Azman. Muaz diam sambil mengerling Azman yang
sedang memandu.

"Tentulah abah ingatkan Intan, sebab Intan yang bagi dia duit," balas Muaz
cuba bergurau walaupun terasa sayu.

"Tapi, abah rasa macam ada yang tak kena aje Az, dalam mimpi abah tu, abah
nampak Intan macam nak beritahu dia nak pergi jauh. Tapi dia tak bercakap
pun hanya renung abah. Intan tak ada cakap apa-apa dengan kau Az?"

"Err... tak ada abah. Kita berhenti minum dulu abah, tentu mak haus,"
ajak Azman menukar tajuk perbualan.

"Tak payah, dah dekat ni. Abah tak sabar nak balik," tolak Pak Uwei.

Azman dan Muaz hanya berpandangan. Sebaik turun dari kereta, Balkis meluru
memeluk mereka dengan tangisan. Suara Pak Long Basri yang bertakbir
menambah sayu. Semua yang ada menitiskan air mata.

"Mak dengan abah sihat ke?" tanya Mira setelah bersalaman dengan ibubapa
mentuanya.

"Sihat, cuma batuk-batuk aje sikit. Intan mana, dia tak balik ke?"
Mak Pah mula berdebar bila Intan tidak kelihatan.

"Naik dulu Ngahnya...," suruh Long Semah.

"Intan mana?" Pak Uwei mula hilang sabar bila tak seorang pun memberitahu
di mana Intan. Pantas dia memanjat tanggu menuju bilik Intan. Matanya
terpaku pada bekas bara yang terletak di sebelah katil yang bercadar kain
batik lepas. Dadanya bergetar.

"Az... mana Intan? Mana adik kau Az?" tanya Pak Uwei dengan suara yang
menggeletar. Badannya terasa lemah, dia berpaut pada tepi pintu.

"Sabar abah... ," Muaz menggosok belakang abahnya.

"Kenapa Az... kenapa?" Mak Pah menurunkan Syazwan cucunya dari pangkuan dan
melangkah laju ke bilik Intan.

"Mak... Intan dah tak ada mak," Balkis tersedu memeluk emaknya yang
terduduk lemah.
Pak Uwei terkulai tak bermaya menerima berita itu. Mak Pah terus pengsan.
Bila dia terjaga dia melihat anak menantu mengelilingnya.
Pak Uwei duduk di tepi kepalanya.

"Sabarlah Ngah, ini dugaan Allah pada kita. Intan pergipun dalam keadaan
tenang. Barangkali kerana hajatnya nak lihat kamu naik haji dah tertunai,"
pujuk Long Semah yang masih belum pulang.

"Intan ada tinggalkan surat untuk kita. Dia memang dah tahu dia tak akan
hidup lama. Rupa-rupanya dia menghidap barah otak. Dia minta maaf segala
salah silap dan berpesan supaya kita jangan sedih atas pemergiannya. Dia
minta kita doakan dia," Pak Uwei menepuk lembut bahu Mak Pah.

"Bila dia meninggal? Siapa yang mengadap masa nazaknya?" tanya Mak Pah
tersedu sedan.

"Kami semua ada mak. Dia begitu tabah menanti detik kematiannya mak.
Sebenarnya dia yang ajak kami balik ini, katanya nak kemaskan rumah sebelum
mak dan abah balik. Masa sampai tu dia sihat lagi tiba-tiba malam Khamis tu
lepas solat Isya` dia sakit kepala teruk sampai tak boleh bangun. Az nak
hantar ke hospital tapi katanya masa dia dah tiba. Masa tulah baru dia
ceritakan sakitnya. Dia meninggal subuh hari Jumaat mak... tiga hari lepas.
Dia pergi dalam keadaan yang cukup tenang mak," cerita Muaz.

Mak Pah mengenggam erat tangan suaminya, terkenangkan bagaimana Intan
memeluk erat mereka sebelum melepaskan pemergian mereka. Dan ketika itu
bagai terdengar-dengar suara Intan berpesan,"Intan tak nak mak dan abah
belikan satu apa pun dari sana. Hanya satu yang Intan mahu, mak dan abah
doakan Intan bahagia di dunia dan akhirat.."

Tamat....
(bukan karya saya-dapat forward email)

Sunday, October 18, 2009

Promotion-Ulum Hadith karya Dr Fauzi Deraman

Buku ini menerangkan kedudukan sebenar tata letak sunnah Muhammad s.a.w. di dalam syariat Islam. Ia mampu menangkis fahaman anti hadith dan mengekalkan status quo sunnah Rasul s.a.w. sebagai sumber yang mendasari syariat dan hukum Islam.
Tulisan yang membahaskan ilmu-ilmu berkaitan sains hadith atau ulum al-hadith. Bagi memurnikan khilaf yang wujud berkaitan ilmu hadith, buku ini dapat memperincikan perbahasan yang dibawa oleh para ulama’ silam dan sekarang. Penelitian yang tuntas dan sederhana memberi gambaran yang jelas kepada sesiapa yang membelek setiap halaman buku ini.
Buku ini juga mampu memberi maklumat awal tentang gambaran sebenar ilmu-ilmu berkaitan sunnah Rasul s.a.w. yang disusun atur oleh para ulama’ silam dan semasa. Disenaraikan bersama contoh-contoh yang mudah difahami di samping huraian yang jelas dan terang sebagai mana yang digariskan oleh ulama’ hadith.
Boleh menjadi rujukan sama ada di peringkat menengah, pengajian tinggi hatta masyarakat awam sekalipun. Sesuai menjadi buku panduan untuk pelajaran yang berkaitan hadith, tafsir, fiqh dan sebagainya.

Meraikan Kejayaan Siapnya Thesis


makan bersama kawan-kawan satu penyelia (supervisor thesis, Dr Lim Chong Hin,Phd-Matematik (Pendidikan Matematik) University Of East Anglia, UK)


angan2 nak bukak RFC-Tg Malim


kesedapan yg menjilat jari

Monday, October 12, 2009

-Blog-

Blog ini mungkin tidak akan diupdate pada jangka masa yg agak lama. Jadi jgn bazirkan masa anda untuk menjenguk blog ini. As-salam.
-Abu Abdul Rahman,tg malim.

Friday, October 9, 2009

Daurah (16-18Oktober) 'Keilmuan Sebelum Berda'wah (Siri 2)' di IQ, Penang

Bismillah

Assalamualaikum

*Untuk mengetahui pendahuluan/pengenalan tentang program sila ke link

Tema: " Keilmuan Sebelum Berda'wah (Siri 2) "

Tarikh: 16-18 Oktober 2009/ 27-29 Syawwal 1430

Lokasi: Institut al-Qayyim (IQ), Mengkuang, Bukit Mertajam, Penang

Penyertaan: Terbuka kepada semua.

Pengisian:

1)Aqidah Shahihah wa Nawaqid al-Islam (Aqidah yang Benar & Pembatal-pembatal Keislaman) oleh [Syaikh Muhammad Sa'id ibn Abu al-Rubi'; Sijil Pengajian Islam (Univ. Riyadh, Arab Saudi), sedang menyiapkan tesis Ph.D (USM) dalam bidang Comp.Sc]

2)Fiqh al-Ibadah: Memahami Sebaik-baik Ibadah oleh [Ustadz Abdul Kadir bin Sahak; pelajar sepenuh masa B.A (MEDIU) dalam bidang Fiqh & Ushul Fiqh, bekas pegawai penyelidik IQ]

3)Da'watuna al-Kitab wa al-Sunnah 'ala Manhaj Salaf al-Ummah (Dakwah Kita Adalah al-Qur'an & al-Sunnah berdasarkan Kefahaman Salaf) oleh [Ustadz Abu Hafiz bin Salehuddin; pelajar sepenuh masa B.A (UIA) dalam bidang Pengajian al-Qur'an & al-Sunnah]

4)Pengenalan Terhadap Asas Mu'amalat & Aplikasinya Dalam Sistem Perbankan Islam oleh [Saudara Ezry Fahmy bin Edry Yusof; B.Econs (UIA) dan sedang menyiapkan CIFP (INCEIF)]

5)Manajemen Akhlak Salaf oleh [Ustadz Abdul Razak; Diploma Pengajian Islam & Dakwah (Rabithah 'Alam Islami, Mekah), B.A Hons (UIA) Pengajian al-Qur'an & al-Sunnah, dan sedang menyiapkan M.A (UIA) dalam Pengajian Hadits]

6)Kuliah Syarah Riyadhus Soliheen min Kalam Sayyid al-Mursaleen oleh [Ustadz Hisyam bin Mohd Radzi; B.A Hons (Univ. Madinah), dan M.A (USM) dalam Pengajian Hadits]

Yuran Penyertaan: PERCUMA (Pelajar yang menghadapi masalah kewangan untuk pengangkutan dari tempat masing-masing boleh memohon bantuan penganjur, insha Allah)

Anjuran: GMT, USM dan UiTM (Penang) dengan kerjasama IQ.


Tarikh akhir pendaftaran adalah 13 Oktober 2009 ini, sebarang pertanyaan dan untuk pendaftaran SMSkan nama beserta IPT anda kepada Abu Nashiruddin 019-5144029 atau Abdullah 0194782307 bagi peserta lelaki, dan Ummu Muhaymin 0134036368 atau Ummu Sofiyyah 013-9604922 bagi peserta perempuan.

Penginapan adalah di IQ. Sila sebarkan mesej ini.

Tentatif:

Jumaat (16 Oktober 2009)Perkara
08.30 pm Ketibaan Peserta
09.00 pm Makan dan Minum Malam
09.30 pm Sesi Ta'aruf dan Taklimat Program
11.00 pm Khidmat Diri dan Tidur

Sabtu (17 Oktober 2009)Perkara
05.00 am Bangun & Persiapan Diri
05.20 am Qiyam al-Lail
05.50 am Solat Subuh Berjama'ah
06.30 am Tadzkirah
07.10 am Khidmat Diri
07.45 am Sarapan Pagi
08.15 am Solat Sunat Dhuha & Khidmat Diri
09.00 am Pengisian 1 [Aqidah Shahihah (Akidah yang Benar]
11.00 am Kudapan
11.15 am Pengisian 2 [Nawaqid al-Islam (Pembatal-pembatal Keislaman)]
12.45 pm Short Nap
01.00 pm Makan Tengahari
01.15 pm Solat Zuhur
02.15 pm Pengisian 3 [Pengenalan Terhadap Asas Mu'amalat & Aplikasinya Dalam Sistem Perbankan Islam]
04.15 pm Solat 'Asar
05.00 pm Pengisian 4 [Manajemen Akhlak Salaf]
06.30 pm Persiapan & Khidmat Diri
07.15 pm Solat Maghrib & Tadzkirah
07.50 pm Makan Malam
08.30 pm Solat 'Isya'
09.15 pm Pengisian 5 [Da'watuna al-Kitab wa al-Sunnah 'ala Manhaj Salaf al-Ummah (Dakwah Kita Adalah al-Qur'an & al-Sunnah Berdasarkan Kefahaman Salaf)]
11.30 pm Kudapan & Khidmat Diri
11.45 pm Tidur

Ahad (18 Oktober 2009) Perkara
05.00 am Bangun & Persiapan Diri
05.20 am Qiyam al-Lail
05.50 am Solat Subuh
06.30 am Tadzkirah Subuh oleh Ustadz Abu Hafiz Salehuddin
07.15 am Riadhah di Empangan Tasik Mengkuang
08.00 am Sarapan pagi & Khidmat Diri
08.40 am Solat Sunat Dhuha
09.00 am Kuliah Syarah Kitab Riyadhus Soliheen oleh Ustadz Hisyam Mohd Radzi
11.30 am Kudapan
11.45 am Pengisian 6 [Fiqh al-'Ibadah: Memahami Sebaik-Baik Ibadah]
01.15 pm Makan Tengahari
01.30 pm Solat Zuhur
02.15 pm Resolusi
02.45 pm Bersurai

_________________
Official Blog, purify-educate.blogspot.com

التوحيد أولاً يا دعــاة الإسلام

أقيموا دولة الإسلام في نفوسكم تقم لكم في أرضكم

Thursday, October 8, 2009

Korupsi

Korupsi

Hari tue aku ade sembang dgn member tntg korupsi yg dilakukan oleh pemimpin kita khusus pemimpin umno.
Disini aku nak kongsi kata umar ibn khattab tp al-imam anwawi menyandarkan kata-kata ini kepada nabi tapi riwayatnya mauqof (riwayat imam ahmad)dan sykh al-albani melemahkannya dalam silsilah dhaifah
“hisablah dirimu, sebelum dirimu dihisab” itulah kata-katanya.
Jadi cuba kita lihat pulak korupsi yg mgkn dilakukan rakyat Malaysia. Katalah purata kakitangan awam dibayar sejam mereka bekerja kerajaan bayar rm100. Kalaulah setiap hari mereka punch card pada waktu pagi dan pastu pg lepak sarapan dalam sejam dalam waktu kerja dan katakanlah seluruh malaysia ada 1000 org yg buat camtu. Berapa ringgit malaysia kerajaan malaysia membayar gaji buta dalam waktu sejam kepada 1000 org tersebut.

1000org×rm100×5hari(isnin-jumaat)×4mggu(sebulan)×12(setahun)=rm240 juta

Maknanya kerajaan rugi rm240 juta setahun kalau 1000 org dari 1.2 juta kakitangan awam yg ade. Belum lg penyelewengan klaim perjalanan, penginapan dan lain-lain. Maka pikir la selagi ade otak. Aku tulis nie bukan sebab nak melepaskan kesilapan2 yg dilakukan mereka. Tapi sebagai muhasabah diri. Nasihatlah dirimu sebelum nasihatkan org lain.

Niqob-Adat atau Ajaran Islam

As-salam.

Syeikh al-azhar mengeluarkan kenyataan bahawa pemakaian niqab atau purdah dalam haram kerana keselamatan, bukan dari ajaran islam atau hanya budaya dan beliau ingin mengharamkan pemakaiannya di universiti al-azhar as-syarif (boleh rujuk akhbar harian metro-semalam,7/10/09).

Disini aku harap rakan-rakan akhwat perlu sentisitif terutama yg berniqab. Disini aku nak sertakan artikel Ustaz Mohammad Asrie Sobri bagi menjawab kenyataan syeikh al-azhar tersebut.

OLEH: MUHAMMAD ASRIE BIN SOBRI

Allah Taala berfirman:

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

Maksudnya: “orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (Wahai Muhammad) sehingga engkau menurut agama mereka (yang telah terpesong itu). Katakanlah (kepada mereka): “Sesungguhnya petunjuk Allah (agama Islam itulah petunjuk yang benar”. dan Demi Sesungguhnya jika engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah datangnya (wahyu yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran), maka tiadalah engkau akan peroleh dari Allah (sesuatupun) yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepada mu.” [al-Baqarah: 120].

Tindakan kerajaan Kafir yang zalim lagi kejam, Perancis melarang Umat Islam wanita memakai Niqab atau penutup muka yang dikenali sebagai ‘Purdah’ merupakan realiti dan tafsiran hidup terhadap firman Allah Taala di atas. Demikianlah kaum kafir tidak pernah diam dan tidak akan berhenti menzalimi dan menghina agama Islam dan umatnya sehinggalah mereka berjaya memesongkan akidah kaum muslimin.

Saya bersegera menulis artikel ini dengan harapan mendahului salakan anjing-anjing Oreintalis yang akan menyalak tanda sokongan terhadap tindakan Sarkozy –Alaihi minallahi ma Yastahiq- ini kerana perkara ini pernah berlaku sebelum ini ketika mana pendahulu Sarkozy mengharamkan pemakaian tudung dan disambut dengan salakan sokongan oleh anjing belaan al-Azhar al-Syarif yang dipakaikan jubah Ulama.

Umat Islam hari ini mudah terkeliru dengan dakyah-dakyah barat kerana kaum kafir pada hari ini lebih maju berbanding dahulu kerana mereka bukan sahaja akan disokong oleh ahli-ahli politik penyembah demokrasi dan sekularisme bahkan anjing-anjing berserban dan berjubah yang menggelar diri mereka Ulama (sedangkan mereka Ular dalam semak).

Allah Taala telah menyamakan kaum yang menggelar diri mereka Ulama namun menjadi penyesat umat dengan anjing yang menjulur lidah sebagaimana dalam firmanNya:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176)

Maksudnya: “dan bacakanlah kepada mereka (Wahai Muhammad), khabar berita seorang yang Kami beri kepadanya (pengetahuan mengenai) ayat-ayat (Kitab) kami. kemudian ia menjadikan dirinya terkeluar dari mematuhinya, lalu ia diikuti oleh Syaitan (dengan godaannya), maka menjadilah dari orang-orang yang sesat. dan kalau Kami kehendaki nescaya Kami tinggikan pangkatnya dengan (sebab mengamalkan) ayat-ayat itu. tetapi ia bermati-mati cenderung kepada dunia dan menurut hawa nafsunya; maka bandingannya adalah seperti anjing, jika engkau menghalaunya: ia menghulurkan lidahnya termengah-mengah, dan jika engkau membiarkannya: ia juga menghulurkan lidahnya termengah-mengah. Demikianlah bandingan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. maka ceritakanlah kisah-kisah itu supaya mereka berfikir.” [al-A’raf: 175-176].

Ayat ini menceritakan kisah Bal’am bin Ba’ir atau Bal’am bin Abir, seorang alim daripada yang mustajab doanya telah berpaling tadah daripada ajaran Rasulnya iaitu Nabi Musa a.s ketika itu dan menyokong kaum kafir yang hendak memerangi Musa a.s dan menyekat baginda dan kaum baginda memasuki Tanah Yang dijanjikan (Palestin) setelah berakhirnya tempoh sesat 40 tahun. Akhirnya dia dijadikan hina umpama anjing oleh Allah Taala, menjadi ahli neraka dan lidahnya terjulur bagaikan anjing.-Nauzubillah min zalik-.

Maka saya menyeru kepada mereka yang telah diberikan Allah Taala kemuliaan dengan kedudukan sebagai Mufti, Alim Ulama, Ahli Fatwa, dan lainnya supaya tetaplah di atas prinsip dan berpegang teguhlah dengan agama Allah Taala dalam apa jua keadaan melanda. Umat Islam dewasa ini amat memerlukan keikhlasan anda dan ketelusan lidah anda bukan putar belit dan fatwa yang berselirat dengan helah dan syubhat.

Kembali kepada isu Niqab atau Purdah, ketahuilah wahai Saudara-saudariku se-Islam, sesungguhnya memakai purdah atau niqab adalah tuntutan syariat Islam kepada seorang wanita muslimah mukminah dan para Ulama Islam tidak pernah berbeza pendapat dalam masalah ini.

Pemakaian Niqab atau Purdah bukanlah satu penghinaan atau pengurungan bahkan merupakan kemuliaan dan keistimewaan yang Allah Taala anugerahkan kepada para wanita. Saya tidak akan mendatangkan logik yang susah atau qias mantik yang panjing, cukuplah jika saudara dan saudari sekalian perhatikan buah-buahan yang sedang mekar masak, lazat dipandang dan menarik perhatian burung dan haiwan lain memakannya, apakah yang akan dibuat oleh tuan kebun yang memeiliki buah itu?

Jawapan yang pantas tuan-tuan dan puan-puan, tentu sekali akan dibalutnya, dibungkus dengan rapi. Demikian juga apabila tuan-tuan dan puan-puan mengeluarkan wang daripada ATM, wang yang menarik mata pencuri dan perompak, apakah tindakan pantas yang akan dilakukan? Wah, bagus anda semua, jawapan yang tepat: Kita simpan cepat-cepat dalam dompet atau beg galas, kita tutup wang tersebut jangan sampai dilihat orang lain.

Nah, sekarang, apakah dengan membalut buah tadi atau menyimpan wang dalam dompet kita tidak sayang kepada buah atau wang tadi? Kita hendak merendah-rendahkan nilai buah dan wang tadi? Sungguh sama sekali tidak, bahkan kita menyembunyikan keduanya kerana keduanya sangat berharga pada kita sehingga kita tidak sanggup orang lain melihatnya dan mencederakannya.

Demikianlah pandangan Islam terhadap wanita, mereka adalah maruah, mereka adalah pembentuk generasi mendatang, dan tunjang keluarga yang setiap lelaki yang berjaya tidak dapat tidak berdiri di belakangnya seorang wanita yang hebat. Maka Islam memerintahkan mereka menutup tubuh mereka, terutama wajah yang menjadi himpunan kecantikan wanita yang sentiasa menarik perhatian burung-burung bernama lelaki untuk mematuknya.

Semua manusia sama ada muslim, nasrani, yahudi, hindu dan lainnya mengakui lelaki yang paling hebat dan berpengaruh di dunia ini adalah Muhammad bin Abdullah s.a.w. Tahukah tuan-tuan dan puan-puan, semua isteri-isteri baginda yang menyokong baginda sepanjang perjuangan baginda adalah semuanya wanita berpurdah? Demikian juga anak-anak gadis baginda dan isteri-isteri para Sahabat baginda yang merupakan pembantu setia dalam perjuangan adalah mereka yang berpurdah.

Maka dakwaan liar si anjing Sarkozy dan mereka yang menyalak bersamanya adalah dakwaan batil bahawa Purdah adalah penghinaan dan menyekat kebebasan. Dakwaan anjing-anjing kafir ini berlawanan dengan akal yang sejahtera dan realiti yang nyata. Lihatlah wanita-wanita kafir yang berjalan mededahkan tubuh dan wajah, mereka semua tidak terlepas menjadi tatapan nafsu sang lelaki sama ada kita perasan atau tidak.

Demikian juga wanita-wanita muslimah yang terperangkang dalam jerangkap samar Iblis ini, semuanya menjadi korban nafsu dan syahwat dan jika tidak paling kurang akan menjadi santapan neraka di akhirat nanti, nauzubillah min zalik.

Sabda Nabi s.a.w:

المرأةُ عورة ، فَإِذا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشيطانُ

Maksudnya: “Wanita itu adalah aurat, apabila dia keluar (dari rumah) maka syaitan akan menghiasanya”. [al-Tarmizi dan Ibn Khuzaimah, hadis Hasan Gharib].

Ini adalah hakikat yang diberitakan oleh Rasulullah s.a.w yang diterima daripada Allah Taala dan perlu diingat Allah Taala adalah pencipta Alam ini termasuklah lelaki dan wanita. Maka Dia Maha Mengetahui apakah jenis pakaian yang perlu dipakai oleh lelaki dan apakah pula jenis pakaian yang perlu dipakai oleh wanita.

Alangkah malang makhluk yang bernama manusia, apabila Allah memberinya nafas dia ambil, Allah berinya makanan dia makan, diberi minuman dia minum, namun apabila Allah Taala memberinya pakaian yang memang sesuai dengan kejadian yang Allah ciptakan dia, dia menolak dan mendakwa dia lebih tahu mana yang sesuai.

Islam apabila membezakan sesuatu hukum antara lelaki dan wanita bukanlah kerana Islam memandang wanita itu hina atau makhluk yang rendah darjatnya namun Islam memandang daripada sudut kejadian masing-masing yang telah Allah Taala ciptakan. Firman Allah Taala:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

Maksudnya: “kaum lelaki itu adalah pemimpin dan pengawal yang bertanggungjawab terhadap kaum perempuan, oleh kerana Allah telah melebihkan orang-orang lelaki (dengan beberapa keistimewaan) atas orang-orang perempuan, dan juga kerana orang-orang lelaki telah membelanjakan (memberi nafkah) sebahagian dari harta mereka…” [al-Nisaa: 34]

Ayat ini menjelaskan bahawa Allah Taala telah menciptakan lelaki dengan beberapa kelebihan berbanding wanita demikian juga wanita diciptakan tidak sama dengan lelaki, dan lelaki itu diberi tanggungjawab berbeza dengan wanita maka setiap hukum yang berbeza antara lelaki dan wanita bukanlah kerana Islam hendak merendahkan wanita tetapi dalam rangka berlaku adil terhadap masing-masing jantina.

Firman Allah Taala:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

Maksudnya: “ Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya…” [al-Baqarah: 286].

Oleh itu, janganlah cepat kita menuduh Islam agama yang suci murni ini dengan tohmahan dan fitnah yang tidak berasaskan sedangkan kita sendiri tidak memahami perkara yang kita tohmah dan fitnah itu. Amat buruklah mereka yang menerima dan menggunakan nikmat Allah kemudian menolak perintah dan larangNya.

Kaum Muslimin, muslimat dan bangsa manusia sekalian, Islam mensyariatkan dan memerintahkan wanita-wanitanya menutup wajah mereka atas prinsip yang kami terangkan ini bukan kerana hendak menrendah atau menghina wanita apatah lagi memenjarakan mereka, sama sekali tidak.

Setelah jelas bahawa perintah berpurdah bukanlah satu penghinaan maka perlu kami jelaskan di sini hukum sebenar berkenaan hukum berpurdah bagi muslimah kerana terdapat beberapa kaum anjing berjubah ulama yang mendakwa kononnya purdah adalah bidaah tidak ada dasarnya daripada Islam.

Ketahuilah bahawa berpurdah itu adalah Sunnah sabit dalam hadis-hadis yang sahih dan disepakati para Ulama Muslimin semenjak zaman Salaf Soleh lagi. Syeikh Muhammad Nasir al-Din al-Albani r.h berkata:

“Hendaklah diketahui bahawa menutup wajah dan tapak tangan adalah berasal daripada sunnah dan telah diamalkan semenjak zaman baginda Nabi s.a.w seperti mana yang diisyaratkan baginda dalam sabdanya:

لا تنتقب المرأة المحرمة ولا تلبس القفازين

Maksudnya: “Janganlah wanita yang berihram memakai Niqab (purdah) dan janganlah memakai sarung tangan”. [Sahih]” [Jilbab al-Marah al-Muslimah, m.s 104, cet. Pertama al-Maktabah al-Islamiah].

Hadis yang didatangkan oleh Syeikh ini dikeluarkan oleh al-Bukhari hadis no. 1741 dan berkata Imam Ibn Taimiah r.h:

“Ini menunjukkan bahawa pemakaian purdah dan sarung tangan adalah dikenali (diamalkan) para wanita yang tidak berihram (di zaman Nabi s.a.w) dan ini menunjukkan mereka menutup wajah dan tapak tangan mereka”. [Ibid].

Daripada Aisyah r.a:

كان الركبان يمرون بنا ونحن مع رسول الله صلى الله عليه وسلم محرمات فإذا حاذوا بنا أسدلت إحدانا جلبابها من رأسها على وجهها فإذا جاوزونا كشفناه

Maksudnya: “Adalah penunggang-penunggang melalui kami sedangkan kami bersama dengan Rasulullah s.a.w dalam keadaan Ihram, apabila mereka melintasi kami maka setiap kami (isteri-isteri Rasulullah s.a.w) akan melabuhkan jilbabnya daripada kepalanya ke atas wajahnya apabila mereka telah berlalu kami pun membukanya kembali”. [Ahmad dan dinilai Hasan li Ghairih oleh Syeikh al-Albani].

عن أسماء قالت : كنا نغطي وجوهنا من الرجال و كنا نمتشط قبل ذلك

Maksudnya: “Daripada Asma’ r.a kata beliau: ‘Adalah kami menutup wajah kami daripada lelaki dan kami menyikat rambut sebelum itu (Ihram)”. [Ibn Khuzaimah dan al-Hakim, hadis Sahih].

Para Ulama menyatakan, walaupun Nabi s.a.w melarang wanita berniqab (memakai purdah) dalam Ihram, namun mereka dibenarkan untuk menutup wajah dengan kain yang tidak bersentuh dengan kulit wajah mereka sama seperti lelaki berihram dilarang menutup kepala dengan serban atau kepiah tetapi boleh menutup dengan bumbung atau payung.

Ini menunjukkan menutup wajah dan tapak tangan dalam kalangan wanita Salaf al-Soleh adalah makruf dan diamalkan dan mereka berniqab di luar ihram. Ini jelas dalam hadis berikut:

عن صفية بنت شيبة عن عائشة أنها كانت تطوف بالبيت وهي منتقبة

Maksudnya: “Daripada Safiyyah binti Syaibah daripada Aisyah r.a adalah beliau bertawaf dalam keadaan memakai niqab (purdah)”. [Musannaf Abdul Razak].

Ini menunjukkan setelah bertahallul, para wanita muslimah akan memakai kembali niqab mereka dan sekaligus menunjukkan disyariatkan pemakaian niqab ini. Pemakaian Niqab ini berterusan dari generasi ke generasi sehinggalah datangnya penjajahan barat lalu dicabutnya Niqab melalui tangan Muhammad Abduh dan muridnya Qasim Amin serta kuncu-kuncu mereka yang bersubahat dengan kaum Iblis –alaihim minallahi ma yastahiq-.

Firman Allah Taala:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Maksudnya: “Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka Dengan itu mereka tidak diganggu. dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” [al-Ahzab: 59].

Saidina Ibn Abbas r.a berkata dalam mentafsirkan ayat ini:

“Allah Taala memerintahkan para wanita mukminah apabila mereka keluar daripada rumah mereka untuk sesuatu keperluan hendaklah mereka menutup wajah mereka daripada kepala dengan jilbab dan hanya menampakkan sebelah mata (untuk melihat)”. [Ibn Kasir, 6/ 481-482].

Dalam riwayat yang lain menyatakan cara menutup wajah adalah dengan melilitkan jilbab sehingga menutup dahi dan bahagian wajah dan menampakkan dua mata sahaja.[Tafsir al-Munir, Dr. Wahbah al-Zuhaili, 22/109].

Oleh itu, dakwaan bahawa memakai purdah atau burqa atau apa sahaja yang menutup wajah wanita sebagai amalan bidaah adalah dakwaan bidaah yang menyesatkan serta pengingkaran terhadap syariat Islam yang mulia-nauzubillah min zalik- namun para Ulama Islam hanya berbeza pendapat apakah menutup wajah ini suatu perintah wajib atau mandub sahaja.

Perbezaan pendapat ini pula berlaku ketika aman daripada fitnah dan maksud fitnah di sini keadaan yang boleh menyebabkan berlakunya kemungkaran seperti tersebarnya lelaki-lelaki fasiq seperti yang berlaku di zaman Rasulullah s.a.w sehingga turunnya perintah menutup wajah dalam ayat 59 surah al-Ahzab di atas. [al-Baghawi, 6/376].

Mazhab al-Hanafiah dan al-Malikiah secara umumnya berpendapat tidak wajib wanita menutup wajah dan kedua tapak tangannya sama ada dalam solat atau di luarnya kecuali dalam keadaan fitnah seperti di hadapan lelaki kafir atau lelaki muslim yang kaki maksiat. Jika dalam keadaan fitnah seperti ini maka wajiblah dia menutup wajah dan dua tapak tangannya.

Mazhab al-Syafiiah dan al-Hanabilah berpendapat wajah wanita wajib ditutup demikian juga dua tapak tangannya diluar solat yakni di hadapan lelaki ajnabi kerana fitnah adalah benda zanni dan tidak sama padanya setiap manusia dan keadaan. Maka wajah wanita itu sendiri merupakan illah untuk diwajibkan tutup. [Rujuk: al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, 1/654-664, al-Fiqh ‘alal Mazahib al-Arba’ah, 1/198].

Hasil pemerhatian pendapat para Ulama Mazhab ini, kita dapati kaum muslimat yang berada di Perancis menurut kesepakatan mazhab-mazhab yang muktabar wajib memakai penutup wajah sama ada niqab atau burqa atau lainnya kerana mereka berada dalam suasana fitnah, dikelilingi lelaki kafir dan fasiq di merata ceruk negeri.

Sebagai penutup, saya menyeru kepada semua kaum muslimin dan muslimat di negara ini khasnya dan di seluruh dunia amnya supaya mencabar tindakan kejam rejim Nasrani Perancis ini dengan menggandakan usaha dakwah kepada pemakaian niqab dan menutupa aurat serta menggerakkan jentera untuk memerangi habis-habisan budaya ‘bertudung tetapi telanjang’ yang semakin menular dalam masyarakt Islam hari ini. Wallahua’lam.

rujukan